Tidak pernah membayangkan sebelumnya akan berada
bersama dengan 125 orang hebat dan mentor-mentor yang luar biasa. Sama-sama
meliput Sirnas Jakarta 2014, I feel honored.
Tangan, kaki, mata, pikiran, dan seluruh tubuh sinkron bekerja sama dalam
usaha pencarian berita, “udah kayak wartawan beneran”.
Hal itu yang saya rasakan ketika mendapat
kesempatan luar biasa ini. Melihat antusiasme teman-teman lain, membuat saya semakin
termotivasi untuk mendapatkan berita yang terbaik. Gelaran Sirkuit Nasional
yang selama ini saya pandang sebelah mata ternyata memiliki banyak hal unik
untuk diberitakan kepada masyarakat luas.
Mencari panutan di lapangan
Saat meliput
Sirnas Jakarta kemarin, saya melihat antusiasme peserta PJBM ini tidak
dibarengi dengan banyaknya media lokal yang meliput pada Sirnas Jakarta kemarin.
Terlihat hanya terdapat wartawan dari beberapa harian berita yang tampak
memberitakan pagelaran Djarum Sirkuit Nasional Jakarta Open 2014. Pada awalnya
saya pikir akan banyak wartawan yang memadati arena ketika pertandingan final,
ternyata tidak. Daerah pinggir lapangan, dan depan podium dipenuhi oleh peserta
PJBM 2014 dan beberapa keluarga atlet yang ingin menyaksikan anaknya
bertanding.
Rasanya miris
melihat bahwa turnamen ini seperti “sepi” dari pemberitaan media. “Bagaimana
khalayak tahu kalau ada pemain muda yang berbakat kalau bukan dari pemberitaan
media?” Itulah yang menjadi pertanyaan. Menurut saya, Sirnas adalah salah satu
turnamen terbaik dimana turnamen ini tak hanya fokus pada usia senior namun
juga pemain pemula dan taruna. Dari pagelaran Sirnas, kita bisa menyaksikan
bagimana bulutangkis Indonesia berkembang sejak usia dini. Saya tak pernah
berhenti berdecak kagum kala menyaksikan pertandingan para pemain junior pada
Sirnas kemarin. Tapi yang mengetahui hal itu hanya yang menonton secara
langsung. Padahal akan lebih baik jika kiprah para atlet junior tersebut
diberitakan kepada khalayak sehingga mereka bisa mengetahui perkembangan
bulutangkis Indonesia. Setidaknya dengan
pemberitaan tersebut, minat masyarakat untuk kembali mendukung bulutangkis
Indonesia bisa muncul kembali.
Saya sebagai
peserta, sejujurnya ingin sekali bisa melihat secara langsung bagaimana
wartawan profesional bekerja. Saya sangat berharap saat pertandingan final bisa
mendapat panutan ketika meliput, selain dari bimbingan mentor (Broto Happy).
Namun hal tersebut tidak saya dapatkan karena tidak banyak wartawan yang
meliput disana. Walaupun tidak banyak wartawan professional disana, saya tetap
bisa merasakan euforia dalam meliput berita degan bimbingan dari beberapa kakak
mentor, Om Broto Happy dan Om Erly.
Pengalaman Berharga
Terlepas dari pengalaman meliput Sirnas Jakarta
2014, Pelaksaan PJBM ini sangat bermanfaat baik bagi calon-calon jurnalis
Indonesia. Bagi saya, rasanya baru kali ini apa yang menjadi passion saya sejak
kecil bisa terwujud dengan maksimal. Saya berharap tidak hanya saya yang bisa
merasakan kesempatan ini. Saya ingin teman-teman di kota lain bisa merasakan
hal serupa sehingga akan banyak tercipta jurnalis Indonesia yang berbakat.
Sesuai dengan perkataan Bapak Gita Wirjawan “Pena anda juga harus bisa
meninggalkan legacy kearah
kegemilangan olahraga bangsa”. Terima kasih PJBM! (nao)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar