The Author

Foto saya
Your next professional journalist. Badminton lovers. On my way to build my own coffee shop and advertising company

Sabtu, 07 Juni 2014

Udah Kayak Wartawan Beneran



Tidak pernah membayangkan sebelumnya akan berada bersama dengan 125 orang hebat dan mentor-mentor yang luar biasa. Sama-sama meliput Sirnas Jakarta 2014, I feel honored. Tangan, kaki, mata, pikiran, dan seluruh tubuh sinkron bekerja sama dalam usaha pencarian berita, “udah kayak wartawan beneran”.  
Hal itu yang saya rasakan ketika mendapat kesempatan luar biasa ini. Melihat antusiasme teman-teman lain, membuat saya semakin termotivasi untuk mendapatkan berita yang terbaik. Gelaran Sirkuit Nasional yang selama ini saya pandang sebelah mata ternyata memiliki banyak hal unik untuk diberitakan kepada masyarakat luas.


Mencari panutan di lapangan
                Saat meliput Sirnas Jakarta kemarin, saya melihat antusiasme peserta PJBM ini tidak dibarengi dengan banyaknya media lokal yang meliput pada Sirnas Jakarta kemarin. Terlihat hanya terdapat wartawan dari beberapa harian berita yang tampak memberitakan pagelaran Djarum Sirkuit Nasional Jakarta Open 2014. Pada awalnya saya pikir akan banyak wartawan yang memadati arena ketika pertandingan final, ternyata tidak. Daerah pinggir lapangan, dan depan podium dipenuhi oleh peserta PJBM 2014 dan beberapa keluarga atlet yang ingin menyaksikan anaknya bertanding.

                Rasanya miris melihat bahwa turnamen ini seperti “sepi” dari pemberitaan media. “Bagaimana khalayak tahu kalau ada pemain muda yang berbakat kalau bukan dari pemberitaan media?” Itulah yang menjadi pertanyaan. Menurut saya, Sirnas adalah salah satu turnamen terbaik dimana turnamen ini tak hanya fokus pada usia senior namun juga pemain pemula dan taruna. Dari pagelaran Sirnas, kita bisa menyaksikan bagimana bulutangkis Indonesia berkembang sejak usia dini. Saya tak pernah berhenti berdecak kagum kala menyaksikan pertandingan para pemain junior pada Sirnas kemarin. Tapi yang mengetahui hal itu hanya yang menonton secara langsung. Padahal akan lebih baik jika kiprah para atlet junior tersebut diberitakan kepada khalayak sehingga mereka bisa mengetahui perkembangan bulutangkis Indonesia.  Setidaknya dengan pemberitaan tersebut, minat masyarakat untuk kembali mendukung bulutangkis Indonesia bisa muncul kembali.

                Saya sebagai peserta, sejujurnya ingin sekali bisa melihat secara langsung bagaimana wartawan profesional bekerja. Saya sangat berharap saat pertandingan final bisa mendapat panutan ketika meliput, selain dari bimbingan mentor (Broto Happy). Namun hal tersebut tidak saya dapatkan karena tidak banyak wartawan yang meliput disana. Walaupun tidak banyak wartawan professional disana, saya tetap bisa merasakan euforia dalam meliput berita degan bimbingan dari beberapa kakak mentor, Om Broto Happy dan Om Erly.


Pengalaman Berharga
Terlepas dari pengalaman meliput Sirnas Jakarta 2014, Pelaksaan PJBM ini sangat bermanfaat baik bagi calon-calon jurnalis Indonesia. Bagi saya, rasanya baru kali ini apa yang menjadi passion saya sejak kecil bisa terwujud dengan maksimal. Saya berharap tidak hanya saya yang bisa merasakan kesempatan ini. Saya ingin teman-teman di kota lain bisa merasakan hal serupa sehingga akan banyak tercipta jurnalis Indonesia yang berbakat. Sesuai dengan perkataan Bapak Gita Wirjawan “Pena anda juga harus bisa meninggalkan legacy kearah kegemilangan olahraga bangsa”. Terima kasih PJBM! (nao)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar