![]() |
source : Google |
Sosok lelaki mungil namun “guyon”nya
mampu memberikan canda tawa bagi penontonnya, hmmm siapa dia? Yap! Ryan
Adriandhy atau yang akrab disapa Ryan. Ia adalah seoranga anak muda dengan
passion yang besar dalam bidang stand up dan desain grafis. Baginya, passion
lah yang membawanya berhasil sampai seperti ini. Kira-kira bagaimana sebenarnya
passion itu bisa memotivasi dirinya untuk berhasil?
Q : “Gimana
sih awalnya bisa terjun ke dunia stand up comedy dan ilustrator?
A : “Awalnya
terjun ke dunia stand up comedy karena tertarik ikut audisi program TV Stand Up
Comedy Indonesia Season 1 yang disiarkan KOMPAS TV. Karena sebelumnya saya juga
sudah suka melihat Ellen Degeneres dan Jerry Seinfeld melakukan stand-up, jadi
saya iseng-iseng coba ikut audisi. Eh alhamdulillah lanjut sampai grand final.
Kalau menjadi ilustrator sih sudah dimulai jauh sebelum
menjadi stand up comedian. Saya suka menggambar dari kecil. Di umur 4 tahun,
The Lion King dari Disney adalah film pertama saya di bioskop. Pengalaman yang
tidak akan bisa saya lupakan; bagaimana saya langsung jatuh cinta dengan dunia
visual storytelling dan animasi. Film itu yang membuat saya ingin bisa
menggambar dan bisa bercerita lewat gambar. Sejak kelas 2 SD saya sudah menjual
komik-komik pendek buatan saya sendiri ke teman-teman kelas seharga 500 rupiah
satu cerita.”
Q : “Dari
beberapa media yang kami baca, passion lah yang mendasari Ryan untuk terjun di
dunia komedi dan ilustrator, apa benar?”
A : “Dasar
menjadi Illustrator iya passion. Kalau Komedi berdasarkan keingintahuan dan
rasa penasaran untuk mencoba sesuatu yang baru. Hehe.”
Q : “Mengapa
memilih studi di jurusan desain grafis?”
A : “Saya
sudah memutuskan saya harus masuk jurusan Desain Grafis dari kelas 5 SD. It’s
my long term goal at that time, to be honest. Dan sebetulnya itu strategi saya.
Saya ingin menjadi animator sekelas animator-animator Walt Disney. Tapi saya
tahu kalau mau benar-benar mendalami bidang perfilman animas, saya harus
belajar di luar negeri karena di sini belum ada institusi pendidikan formal
yang mau mengajarkan animasi sebagai satu jurusan sendiri. Kalau saya mau
belajar di luar negeri, saya tidak mungkin mengandalkan support finansial dari
orang tua saya karena saya tahu kemampuan keluarga. Jadi, saya harus bisa
mengejar beasiswa. Karena itu lah saya tahu dari kelas 5: Kuliah saya harus
menggambar. Tapi saya tidak tertarik arsitektur. Saya suka seni, tapi bukan
seni murni yang saya tuju. Saya harus belajar ilmu di mana kita bisa
mengkomunikasikan sesuatu secara visual dan memiliki appeal secara komersil.”
Q : “Apakah
keluarga (ortu) mendukung kakak untuk mendalami bidang ini?”
A : “Ya. Saya
ingat betul ketika keluar dari bioskop setelah selesai menyaksikan film The
Lion King, saya bilang ke ibu saya “Ryan pengen bisa gambar aja kalau udah
besar. Bikin kayak (film) tadi. Boleh ya?” Dan anggukan kedua orang tua saya
lah yang membuat saya masih menggores garis dan mencampur warna sampai hari
ini.”
![]() |
source : Google |
Q : “Darimana
kakak dapat inspirasi dalam membuat ilustrasi-ilustrasi yang keren kayak gitu?”
A : “Siap nih
sama jawaban saya? Oke deh: Dari bengong. Saya selalu berkhayal. Kalau ada
skill hidup yang saya paling kuasai sejak kecil, itu adalah berkhayal.
Mayoritas dari ilustrasi saya semua berakar dari satu pertanyaan: “what
if?”/”Bagaimana kalau..?” Lalu saya lepaskan semuanya ke imajinasi saya. “
Q : “Adakah
idola dalam bidang ilustrator?”
A : “Banyak.
Di antaranya adalah Walt Disney, Chuck Jones, Bill Watterson, dan Mary Blair.”
Q : “Sejauh
mana passion itu bisa memotivasi diri sendiri?”
A : “Passion
memberikan gue mindset “Keinginan gue untuk berhasil lebih besar daripada
ketakutan dan kekhawatiran gue untuk gagal. I love what I’m doing. So why
should I worry?”
Q : “Menurut
kakak bagaimana cara mengetahui apa yang menjadi passion kita dan bagaimana
kita bisa mengembangkan menjadi potensi yang hebat?”
A : “Saya
cukup lama untuk akhirnya mendapatkan jawaban apa itu passion. Buat saya,
passion itu sesimpel ini: “Apa kira-kira hal dalam hidupmu yang seandainya
hidup membuatmu tidak bisa lagi melakukannya seumur hidupmu, kamu akan sedih
setengah mati?” – Dan bagi saya itu menggambar. Coba tanyakan ini pada dirimu
sendiri. Jika kamu bisa menjawabnya, menurut saya kamu sudah tahu apa
passion-mu. Lalu bagaimana kita mengembangkan passion kita menjadi potensi yang
hebat? Bagi saya kita boleh punya satu passion, tapi kalau kita tidak bisa
melakukannya dengan cara pada umumnya, itu bukan berarti passion kita nihil.
Find what you love, find what you can do, find how can you live with it.”
Q : “Adakah
saran untuk teman-teman yang ingin berkarir di dunia freelance?”
A : “Be
unique. Jadilah unik. Jadilah tidak tergantikan. Karena jika kamu memiliki
kualitas yang orang lain tidak punya sebagai freelancer, klien akan terus
mencarimu. Tapi kalau kamu masih tergantikan, kamu bisa ditukar oleh klien
dengan jasa yang lebih murah. Always strive for the best. Learn new things.
Don’t get bored easily. J”
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ini adalah murni hasil wawancara saya secara langsung dengan Ryan Adriandhy. Bila ingin mengutip, mengcopy atau menggandakan, harap memberikan credit kepada blog saya sebagai sumber.
Terima kasih atas pengertiannya.
Cheers,
Naomi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar