The Author

Foto saya
Your next professional journalist. Badminton lovers. On my way to build my own coffee shop and advertising company

Jumat, 16 September 2011

Walau Citra Memudar, Semangat Tak Boleh Pudar

“Kalah lagi...kalah lagi...kalah lagi...tapi gapapa orang udah biasa kalah ini” “Kapan ya timnas kita bisa juara? Sampai kapan kita harus nunggu nih” itulah beberapa ungkapan kekecewaan yang saya dengar ketika menyaksikan langsung laga antara timnas Indonesia melawan Bahrain. Kecewa. Kata yang pantas untuk melukiskan perasaan saya dan seluruh pendukung Indonesia tentunya. Indonesia kembali harus menelan pil pahit kedua setelah ditundukkan Bahrain dengan 2 gol yang disarangkan ke gawang Markus Haris Maulana.
Miris apabila melihat perkembangan timnas Indonesia yang tak kunjung membaik. Meskipun sempat memberikan asa ketika berhasil menjadi Runner –up Piala AFF 2010 lalu, namun saat ini timnas belum menunjukkan tajinya lagi. Yang lebih menyedihkan , Wim Rijsbergen pria asal Belanda yang menukangi timnas garuda mengatakan bahwa Indonesia layak untuk kalah dan memang belum pantas untuk bermain di level internasional seperti saat ini. Ditambah dengan mental supporter yang tak dewasa menerima kekalahan. Mereka mengungkapkan kekecewaan mereka dengan kata – kata kasar yang langsung ditujukan ke para pemain melalui akun jejaring sosial. Ada pula supporter nakal yang menyalakan petasan dan kembang api saat pertandingan berlangsung. Tentunya hal ini menggangu jalannya pertandingan walaupun semangat dan dukungan yang terus mengalir bagi tim merah putih patut diacungi dua jempol.
Jika kita melihat prestasi tim nasional Indonesia dahulu, pasti akan sukses membuat kita makin sedih. Indonesia pernah  lolos ke Piala Dunia 1938 walaupun harus rela angkat koper lebih cepat karena di pertandingan pertama Indonesia dicukur gundul Hongaria 6-0. Pada Olimpiade Melbourne 1956, Indonesia juga mengirimkan tim sepakbola. Di babak perempat-final, Indonesia langsung menghadapi favorit juara Uni Soviet. Setelah sempat menahan imbang 0-0, Indonesia takluk 4-0 pada partai ulangan hari berikutnya. Prestasi ini kemudian selalu disebut-sebut sebagai sejarah tertinggi sepakbola Indonesia. Namun sekarang prestasi Indonesia mulai menukik. Usai Ferril Hattu mengapteni tim memenangi medali emas SEA Games 1991, tidak ada lagi prestasi tinggi yang diraih Merah-Putih. Sudah kurang lebih 17 tahun lamanya macan yang dulu mengaum lantang di Asia puasa gelar. Lalu sampai kapan kita harus menunggu lagi? Lalu apa yang harus kita lakukan untuk membawa Garuda kembali ke masa jayanya?
Salah satu cara adalah dengan memperbaiki kompetisi lokal. Tim nasional dibentuk dari kompetisi liga yang solid dan pembinaan yang matang, jika kita tidak mampu menjalankan hal tersebut, mustahil bagi Indonesia untuk bisa berlaga di level Internasional. Uji coba internasional dengan tim – tim kuat juga sangat diperlukan agar para pemain Indonesia juga dapat mengambil pelajaran berharga dari pertandingan – pertandingan yang mereka lakoni.
Namun untuk membawa Indonesia kembali berjaya tak hanya dapat dilakukan oleh petinggi PSSI maupun para pelatih hebat saja, kita sebagai masyarakat Indonesia juga sewajibnya ikut ambil bagian dalam hal ini. Tak perlu muluk – muluk, cukup dengan mendukung timnas dengan sepenuh hati. Walaupun tidak menyaksikan secara langsung di stadion, bukan berarti kita tidak mendukung timnas bukan? Cobalah untuk menyaksikan kompetisi – kompetisi lokal yang ditayangkan si stasiun televisi Indonesia, jika ada kesempatan datanglah untuk mendukung langsung para punggawa garuda di stadion tentunya kita tetap harus menjaga ketertiban ya. Ketertiban supporter juga menggambarkan bagaimana citra persepakbolaan negaranya lho jadi sebagai supporter yang baik, kita harus bisa menjaga nama baik Indonesia contohnya dengan tidak membawa petasan atau pun kembang api serta senjata tajam ke dalam tempat pertandingan. Selain itu kita harus mampu memahami bahwa disetiap pertandingan pasti ada yang kalah dan menang. Jangan maunya menang terus dong!  Ketika kalah kita harus berbesar hati menerima kekalahan. Jangan sampai ada caci maki dan tindak anarkisme kawan! Tentunya kita harus terus semangat untuk mengembalikan citra Indonesia! (ni)

Ketika Perbedaan Berubah Menjadi Indah


“Selama dunia masih berputar perbedaan tak pernah pudar, terbawa keangkuhan manusia tak ingin berbagi rasa. Bukalah mata hati kita bayangkan masa depan dunia bersatu rasa untuk melangkah demi meraih harapan dunia yang indah.”
Itulah sepenggal lirik lagu band jadul “Krakatau” yang berjudul Sekitar Kita. Ketika saya mendengar dan menyanyikan lagu ini, rasanya ada yang beda dari lagu lagu yang biasa saya dengar. Yang saya rasa adalah lirik lagu ini benar benar menggambarkan kehidupan dunia dengan sejuta perbedaan yang terjadi di sekitar kita  termasuk perbedaan keyakinan. Perbedaan keyakinan memang adalah sebuah hal dasar yang seringkali memicu pertengkaran dan perselisihan antar umat bergama lainnya. Namun sebenarnya jika kita mau sedikit membuka mata hati kita dan melihat bahwa perbedaan adalah sebuah anugerah yang indah, bukan mustahil untuk menciptakan kehidupan yang damai sejahtera tanpa kesenjangan.
Sedikit cerita, selama saya mengenyam pendidikan sampai sekarang ini , saya belum pernah bersekolah di sekolah swasta kristen. Sejak playgroup saya sudah amat dekat dengan sekolah umum (Playgroup Tadika Puri, TK Tugu Ibu, SD Tugu Ibu, SMP Negeri 3 Depok, dan sekarang SMA Negeri 1 Depok, mudah mudahan Universitas Indonesia. AMIN). Mungkin bagi sebagian orang mengangap sulit untuk kita bisa beradaptasi di sekolah umum dengan minoritas yang tinggi, namun bagi saya perbedaan agama yang saya alami sejak saya kecil bukanlah hal yang aneh lagi malah saya sudah terbiasa menjalani semua ini. Walaupun kadang saya sering merasa kesal dengan hai itu, namun saya menjadikan semua ini pengalaman yang berharga buat saya pribadi.
Ohya, saya juga punya seorang sahabat namanya Qurratu Ainin sebut saja dia Ratu. Terlihat kan dari namanya sudah jelas bahwa dia seorang muslim. Kami sudah berteman sejak kelas 2 SMP sampai sekarang Ia adalah teman sebangku saya. Ratu adalah salah satu pengurus Rohis (Rohani Islam) di sekolah dan saya juga merupakan salah satu pengurus ROHKRIS (Rohani Kristen). Walaupun kami berbeda, tapi buktinya kami masih bisa bersatu. Kami saling mendukung, mensupport, membantu dan menguatkan satu sama lain. Sering kali kami saling bertukar pendapat tentang keadaan ROHIS dan ROHKRIS di sekolah dimana kami menuntut ilmu sehingga tak jarang saya mendapatkan pelajaran pelajaran berharga yang  dapat saya terapkan di ROHKRIS seperti menjaga “Ukhuwah” atau “Kesehatian”. Kesehatian antar anggota perlu dibangun agar terciptanya satu kesatuan yang utuh dan solid. Nah hal ini juga bisa kita terapkan dalam kehidupan beragama,  yaitu tentang kesehatian walaupun kita berbeda bukan berarti bahwa kita tidak dapat bersatu bukan?
Banyak pula kejadian kejadian unik yang tentang perbedaan keyakinan yang saya alami, apalagi kini saya bersekolah di sekolah yang sangat menjunjung tinggi nilai – nilai religius islam walaupun sebenarnya sekolah yang merupakan salah satu sekolah rintisan bertaraf internasional ini masih termasuk sekolah negeri. Di bulan ramadhan seperti sekarang ini, banyak sekali ajakan untuk mengikuti kegiatan buka bersama. Bulan ini saja saya sudah mengikuti 5 kali buka bersama dengan teman – teman saya seperti teman ekskul, teman sekelas,  dll. Suatu hal yang berkesan bagi saya karena walaupun saya tidak menjalankan ibadah puasa, teman – teman tetap mengajak saya bahkan ketika saya tidak bisa menghadiri acara tersebut, banyak teman yang akhirnya menghargai saya bahkan mereka rela mengganti hari dan waktu agar kami semua bisa berkumpul dalam acara yang sering disebut “bukber” itu.
Beberapa minggu lalu ada kejadian unik yang saya alami lho. Ketika itu bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia, kami anak – anak ROHKRIS sepulang upacara mengadakan persiapan untuk kegiatan esok harinya di sebuah ruang kelas. Seperti biasa kami menggunakan bagian belakang ruangan. Dalam persiapan, biasanya kami melatih para pelayan – pelayan kegiatan seperti melatih MC, Pemusik, dll. Saat itu kami berlatih bersama – sama tentunya dengan mengeluarkan suara yang lumayan kencang, ditambah kami para pengurus ikut menyanyikan syair lagu yang sedang dilatih. Selang beberapa saat, ruang kelas tersebut menjadi sepi. Kami terus melanjutkan persiapan kami hari itu. Beberapa menit kemudian, ruang kelas dimana kami berlatih berubah menjadi sangat ramai. Rupanya banyak anak – anak ROHIS yang juga sedang mempersiapkan acara pesantren kilat. Mereka membuat atribut atribut dan dekorasi yang akan mereka gunakan untuk kegiatan tersebut. Kami pun tetap melanjutkan latihan kami tanpa mengecilkan suara kami. Perut saya pun mendadak berbunyi, em rupanya rasa lapar setelah mengikuti upacara timbul juga. Saya mengajak teman saya untuk pergi makan. Jadilah kami berdua makan di sebuah warung di depan sekolah saya. Ketika kembali dari warung kami langsung bergegas ke kelas tadi dan di depan kelas saya sedikit terdiam dan terkejut. Baru saya sadari bahwa sedari tadi kami (ROHKRIS) dan teman teman (ROHIS) berada dalam satu ruangan, dengan kegiatan masing – masing tanpa terjadi gesekan – gesekan. Walaupun kami sibuk dengan kegiatan kami masing – masing namun tak jarang kami juga bersenda gurau dengan sahabat ROHIS, kami tertawa bersama, kami berbincang bincang bersama dan tanpa kami sadari sesungguhnya kami bersatu dalam satu ruangan meskipun kami berbeda.
Alangkah indahnya jika kita mau duduk bersatu bersama walaupun kita berbeda. Tak ada salahnya dengan perbedaan yang terjadi. Yang salah adalah dengan cara kita menyikapi perbedaan itu. Kadang kita sudah terlebih dahulu men”judge” negatif terhadap sesama kita yang berbeda keyakinan padahal sesungguhnya belum tentu semua yang kita pikirkan itu benar. Lagi pula perbedaan itu indah kok. Coba bayangkan jika hidup ini semuanya sama tanpa berbedaan, pasti hidup kita akan flat alias datar tak bersensasi. Dengan adanya perbedaan, hidup kita menjadi semakin berwarna dan tentunya dapat menjadikan kita semakin dewasa dalam menjalani sisa sisa hidup kita ini. Pastinya akan sangat indah apabila kita mau saling bertoleransi dengan sesama kita. Kita harus menyadari dan memaklumi bahwa terdapat perbedaan dalam kehidupan setiap manusia yang tentunya harus sama – sama kita jaga dan hormati satu sama lain agar tidak terjadinya perpecahan di dunia.
“Bayangkanlah kita semua berjalan bersama menuju hidup damai sejahtera. Sempatkanlah untuk melihat di sekitar kita ada kesenjangan antara manusia. Llihat sekitar kita....” (ni)

Kamis, 01 September 2011

Salaman yang penuh perjuangan


Guys gue mau ceritain sedikit nih tentang pengalaman gue ikutan Open House di Istana Merdeka pas Lebaran hari pertama kemaren. Kan waktu gue mau pergi ke rumah sodara, di mobil gue denger gitu diberita kalo Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan mengadakan open house di istana merdeka bertepatan dengan 1 syawal 1432 H. Ternyata ngga cuma para pejabat yang diundang, tapi juga masyarakat umum tapi cuma dikasih waktu dari jam 15.00-17.30. timbulah niat iseng gue dan gue ngajak bokap nyokap buat ikut kan lumayan tuh bisa salaman sama pak presiden. Okelah jadi gue ikutan open house!
Siang itu gue berangkat dari rumah sodara di tangerang tapi ke depok dulu karena gue gabawa baju formal kan tau sendiri kalo acara kayak gitu harus pake baju sopan yaudah deh gue pulang dulu dan sialnya jalanan macet banget gue sampe rumah jam 13.00 udah deh gue langsung buru – buru mandi terus caw ke istana. Pas di jalan eh udah ada berita lagi kalo ternyata di sana udah rame dari pagi -______- udah sempet pasrah tuh gue jam 14.30 masih dijalan coba tapi karena niat jadi dilanjutin. Sampe disana udah ada bis – bisnya gitu kan yaudah karena bisnya udah penuh jadilah gue nunggu bis selanjutnya eh ternyata pas bisnya balik lagi bisnya udah ngga mau ngangkut penumpang. Gue dan orang – orang disitu akhirnya nekat jalan kaki dari monas sampe gedung sekretariat negara. Dan ternyata disana masih boleh masuk coy! Ah girang gue kan dikasih kartu antrian gitu tadinya gue dapet kartu yang biru tapi dituker jadi kartu orange (kayak persib sama persija ya #masihaja) dan gue duduk untuk ngantri.


Perjuangan gue tidak semudah itu saudara – saudara karena.......disana gue bersaing dengan ribuan orang (serasa SNMPTN –“) dan ternyata kartu orange itu masih urutan ke 7 sementara yang udah mulai masuk kedalem baru kloter urutan ke 2 gila gatuh???!!!!! Dengan harap harap cemas gue menanti. Gelisah karena takutnya ga kebagian salaman sama pak presiden  mana udah nunggu lama -____- 

Nih coy yang ikut open house alias SNMPTN nih (?)

Nah pas antian gue dipanggil tuh jadi rame banget yang ngantri termasuk antrian yang belom dipanggil ya tau sendiri lah orang Indonesia serba gasabar dan gabisa berbudaya antri jadilah semua orang yang tadinya duduk jadi ngantri sampe sampe pada dorong dorongan untung gue di pinggir jadi masih leluasa dan ngga kena dorong. Pas udah sampe agak depan gitu makin parah rusuhnya karena banyak yang bawa anak kecil jadilah anak kecilnya pada kedorong dorong sampe ada anak yang ilang terus dicariin sama pak polisinya, ada yang sesak napas juga, sampe ada yang pingsan. Akhhirnya kata pak polisinya yang masuk harus tertib, yang perempuan dulu yaudah gue masuk eh ternyata bokap nyokap dan sodara – sodara gue jadi bisa masuk semua.
Setelah melalui berbagai macam pemeriksaan, gue kesel. Disana gaboleh bawa kamera dan HP padahal istana negara tuh kerenya gak nahan! Oke gapapa sampelah gue didepan pintu masuk nya dan gue sudah melihat Orang nomer 1 di Indonesia ini aaaaaaa senang dan akhirnya inilah saat yang mendebarkan. Gue menjabat tangan bapak presiden Indonesia ini dan beliau bilang “Selamat lebaran ya” sambil megang pundak gue :’) terus gue juga salaman sama Ibu Ani, sama anaknya pak SBY duaduanya coy ajegile seneng banget gue rasanya penantian gue selama kurang lebih 3 jam gak sia sia. Nah pas pulang kita di kasih snack gitu. Snack kardusan sama 1 roti holland bakery coy udah gitu pas gue makan tuh snacknya enak enak terus ternyata bokap nyokap sama sodara gue pada ngambil dobel jadi gue dapet banyak banget kue yang enak enak. Tapi ngga dapet amplop kawan, kalo yang dapet amplop cuma yang tuna netra aja.

Kasian ngeliatnya :') tetap semangat kawan!

But overall this is a precious experience. Jarang – jarang kan bisa ketemu dan salaman secara langsung sama presiden. Kakek gue aja sampe nunggu 78 tahun bahkan kakek gue ikut perang eh baru sekarang kesampean salaman sama presidennya. Gue jadi inget waktu dulu gue pernah bilang sama ibu gue “Bu bisa gak ya ketemu sama SBY secara langsung? Terus foto bareng?” “Bisa kalo kamu menang olimpiade pasti bisa” kata ibu gue. Eh tapi gue belom menang olimpiade gue udah bisa salaman tuh hehe. Jadi pengen lagi deh tahun depan. Btw buat kawan kawan semua SELAMAT IDUL FITRI ya J mohon maaf lahir batin!


Peluk cium,
Naomi